https://papua.times.co.id/
Kopi TIMES

Konsistensi Membangun Literasi

Selasa, 25 Juni 2024 - 12:15
Konsistensi Membangun Literasi Al-Mahfud, Penulis Aktif Topik Pendidikan, Artikel, Esai, dan Ulasan Buku di Berbagai Media

TIMES PAPUA, JAKARTA – Salah satu kemampuan penting yang dibutuhkan di abad 21 adalah kemampuan literasi. Kemampuan literasi yang baik membuat orang memiliki pemikiran kritis, sehingga mampu menganalisis, memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan dengan baik dalam hidup. Kemampuan literasi didapat dengan membaca, menyimak informasi maupun cerita, dan lain sebagainya. 

Akan tetapi, kita menyadari bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Data UNESCO menyebut hanya 1 orang yang rajin membaca dari 1000 orang di Indonesia. Kompetensi literasi anak-anak di sekolah dasar juga rendah. Skor PISA 2022 yang baru diumumkan Desember 2023 lalu menunjukkan Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor Matematika 379, sains 398, dan membaca 371. 

Selain mencerminkan tingkat pemahaman siswa pada kurikulum, hasil PISA ini juga memperlihatkan sejauh mana kemampuan anak-anak di Indonesia dalam berpikir kritis, menafsirkan informasi, hingga memecahkan masalah dalam berbagai persoalan. Hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, menujukkan satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Melihat kondisi tersebut, tentu harus dilakukan upaya-upaya konkret untuk membangun dan meningkatkan literasi. Hal mendasar untuk membangun literasi adalah ketersediaan bahan bacaan yang bermutu. Namun, di sekolah saja, ketersediaan bacaan masih sangat terbatas. Menurut Data Deputi Pengembangan Perpusataan Nasional RI (PNRI), dari sekitar 300.000 SD sampai SLTA hanya 5% yang memiliki perpustakaan yang layak. 

Kemendikbudristek telah melakukan berbagai langkah untuk menyediakan bahan bacaan bermutu di sekolah. Dari 2021 hingga 2022, ada 16.868.247 eksemplar buku telah terdistribusi ke 57.087 sekolah di daerah 3T dan Non 3T. 319 taman bacaan masyarakat telah menerima buku bacaan literasi dan 40 perpustakaan daerah penerima buku bacaan literasi tahun 2021, 442 kabupaten/kota di seluruh Indonesia penerima buku bacaan literasi tahun 2021-2023. Kemudian, ada 1.998 orang telah mengikuti pelatihan pemanfaatan buku bacaan tahun 2022 dan 15.237 orang di tahun 2023 (kemdikbud.go.id, 6/6/2024).

Minimnya ketersediaan buku-buku bergambar di tingkat SD menjadi salah satu faktor minimnya minat baca anak. Banyak perpustakaan SD justru berisi buku-buku yang penuh teks dan minim gambar, sehingga kurang menarik minat anak-anak. Padahal, menurut Piaget (Dworetszky 1990:28), pada usia 7-10 tahun anak ada dalam tahap operasional konkret, di mana mereka berpikir dengan bantuan benda-benda (objek) atau peristiwa yang langsung dilihat dan dialami. Jadi, buku bergambar akan lebih disukai dan membantu siswa mengkonkretkan pembelajaran apresiasi cerita. 

Oleh karena itu, salah satu poin penting dalam program ini adalah adanya pemilihan dan perjenjangan. Buku-buku dipilih berdasarkan kriteria buku bacaan bermutu, yaitu buku yang sesuai minat dan kemampuan baca anak. 

Upaya meningkatkan kompetensi literasi tak cukup hanya dengan mengirimkan buku-buku bermutu ke sekolah dan taman baca. Oleh karena itu, dalam Program Merdeka Belajar episode ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia tersebut dilakukan juga pelatihan dan pendampingan kepada kepala sekolah, guru, dan pustakawan agar bisa melakukan pemanfaatan buku-buku bacaan secara tepat. 

Terbukti, adanya pelatihan dan pendampingan ini memberikan dampak positif, terutama bagi peningkatan nilai literasi siswa. Menurut penelitian dengan responden siswa kelas 1-3 SD, pelatihan tersebut telah meningkatkan nilai literasi siswa sebanyak 8 persen pada kemampuan membaca dan 9 persen pada kemampuan mendengar (kemdikbud.go.id 27/2/2023).

Konsistensi dan keberlanjutan

Membangun dan meningkatkan literasi memang bukan pekerjaan yang hasilnya bisa dilihat secara instan. Menanamkan literasi sejak dini menjadi investasi jangka panjang bagi dunia pendidikan atau peningkatan SDM Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, konsistensi dalam upaya-upaya peningkatan literasi penting dilakukan. 

Di samping sistem pendidikan, literasi tumbuh ketika di masyarakat mulai lahir budaya literasi. Dimulai di lingkungan keluarga, orang tua memegang peran penting dalam menumbuhkan minat baca pada anak. Di negara-negara dengan tingkat literasi yang tinggi seperti Finlandia, Belanda, hingga Jepang dan Australia, budaya literasi sudah ditanamkan sejak kecil lewat pemberian buku dalam paket bingkisan pada keluarga yang baru melahirkan bayi. 

Program-program peningkatan literasi seperti pengiriman buku bermutu hingga pelatihan dan pendampingan dalam pemanfaatan buku adalah salah satu ikhtiar yang perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan secara konsisten. Selain itu, semua pihak mesti bekerja sama dan berkolaborasi dalam melakukan upaya-upaya untuk membangun dan menumbuhkan budaya literasi di masyarakat. (*)

***

*) Oleh : Al-Mahfud, Penulis Aktif Topik Pendidikan, Artikel, Esai, dan Ulasan Buku di Berbagai Media.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Papua just now

Welcome to TIMES Papua

TIMES Papua is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.