TIMES PAPUA, JAKARTA – Apa jadinya jika jurnalisme bertemu dengan petualangan? Jika peliputan tidak hanya dilakukan dari balik layar redaksi, tapi langsung dari jalur mendaki, tanah basah, dan udara tipis di dataran tinggi? Itulah semangat yang kami bawa dalam Ekspedisi TIMES Indonesia: Wonosobo–Dieng.
Selama empat hari penuh, kami—tim jurnalis dan pelari TIMES Indonesia—melakukan perjalanan lintas alam dan budaya ke salah satu kawasan paling memesona di Pulau Jawa: Dataran Tinggi Dieng. Dengan membawa semangat eksplorasi dan narasi yang mendalam, ekspedisi ini merangkum perjalanan dari perbukitan sunyi hingga garis finis lomba trail internasional.
Lebih dari Perjalanan
Bukan hanya tentang destinasi, ekspedisi ini adalah tentang makna dalam langkah, tentang refleksi dalam keheningan, dan tentang membaca alam sebagai teks yang hidup.
Berikut rangkaian kisah kami yang ditulis dalam gaya jurnalisme naratif dan humanis, dibagi dalam empat seri utama:
Malam Syahdu di Bukit Skoter Dieng, Petualangan Sehari dan Sejuta Kenangan
Perjalanan dimulai dari malam dingin di Bukit Skoter, saat kami mendirikan tenda di tengah kabut dan kerlap-kerlip lampu desa. Sebuah perkenalan yang syahdu dengan alam Dieng dari ketinggian 2.200 mdpl.
"Camping bukan hanya tentang tidur di alam terbuka, tapi tentang menyatu dengan diam yang tak bisa ditemukan di kota."
Jejak Spiritual dan Sejarah Candi Arjuna, dan Hangatnya Mie Ongklok Dieng
Hari kedua membawa kami menelusuri sejarah dan rasa. Dari salat Jumat di Masjid Jami Baiturrahman, menikmati mie ongklok legendaris, hingga berdiri di hadapan megahnya Candi Arjuna dan menyusuri Kawah Sikidang.
"Kami menyusuri masa lalu dan gejolak alam—dalam satu hari yang penuh pelajaran."
Malam di Atas Awan, Camping Telaga Cebong Dieng Menuju Sunrise Sikunir
Malam ketiga dihabiskan di Telaga Cebong, salah satu titik tertinggi di Jawa. Hujan, kabut, dan keramahtamahan para pendaki Bukit Sikunir menjadikan pengalaman ini tak terlupakan.
"Di sini, peluh menjadi hangat oleh secangkir teh dan senyuman pejalan kaki lain."
Dieng Caldera Race 2025, Saat Langkah Kaki Menjadi Doa di Perbukitan Tambi
Puncak ekspedisi ditutup dengan partisipasi dalam Dieng Caldera Race 2025. Seorang wartawan TIMES Indonesia menuntaskan kategori 25K, menyatu dengan jalur ekstrem dan semesta alam Tambi.
"Saya menulis berita dari kaki yang berlari, dari tanjakan yang saya tapaki sendiri."
Ekspedisi ini bukan hanya bentuk liputan. Ia adalah cara TIMES Indonesia memahami Indonesia dari dekat, dari dalam hutan, dari balik kabut, dari jalur berliku yang jarang dilalui media. Kami percaya, jurnalisme harus merasakan—tidak hanya mengamati.
Selamat membaca serial ini. Selamat ikut berjalan bersama kami. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menyusuri Harmoni Alam dan Budaya di Dataran Tinggi Dieng
Pewarta | : Kurniawan Saputro |
Editor | : Imadudin Muhammad |