https://papua.times.co.id/
Pendidikan

Menjaga Api Belajar Tetap Membara di Tanah Matbat dan Tobelo Papua

Selasa, 09 Desember 2025 - 09:15
Menilik Jejak Pendidikan Suku Matbat dan Tobelo Papua Anak-anak suku Matbat dan Tobelo di Kampung Audam belajar bersama di tengah alam Misool. (Foto: Doc Sahabat Papua)

TIMES PAPUA, PAPUA – Di Kampung Audam yang terletak di gugusan Misool, pendidikan tumbuh perlahan di tengah alam yang luas dan menantang. Kampung kecil ini berdiri pada tahun 2009 dan dihuni sekitar 80 jiwa dari suku Matbat dan Tobelo.

Suku Matbat dan Tobello menjunjung tinggi nilai tidak menyakiti sesama sebagai prinsip hidup sehari-hari. Nilai itu pula yang membentuk cara mereka membesarkan anak dan menjaga harmoni kampung.

Anak-Anak yang Haus Ilmu, Guru yang Bertahan dalam Keterbatasan

Semangat belajar anak-anak terlihat jelas meski fasilitas pendidikan sangat terbatas. TK di kampung ini belum terdaftar resmi di dinas pendidikan dan jumlah gurunya sangat sedikit.

Buku pelajaran serta alat peraga datang hanya ketika ada donasi dari luar kampung. Namun, anak-anak selalu tiba lebih awal dari jam belajar karena begitu haus ilmu.

Anak-anak-suku-Matbat-dan-Tobelo-B.jpgSalah satu relawan memberikan pengajaran saat di Audam. (Foto: Doc. Sahabat Papua)

Bagi suku Matbat dan Tobelo, anak-anak adalah titipan yang harus dibesarkan bersama. Tidak ada yang benar-benar “sendiri” dalam urusan tumbuh kembang generasi selanjutnya. Itulah sebabnya, meski sekolah sederhana, mereka tetap menjaga keberlangsungannya dengan dana desa dan tenaga gotong royong.

Sejarah Suku Matbat dan Tobello

Suku Matbat merupakan kelompok asli Misool yang berasal dari migrasi Austronesia awal dan hidup menetap di wilayah karst (bebatuan kapur). Sedangkan suku Tobelo berasal dari Halmahera dan dikenal sebagai pelaut ulung yang bermigrasi ke Papua Barat ratusan tahun lalu.

Kedua suku ini kemudian hidup berdampingan di Misool, saling berbaur melalui gotong royong, perkawinan campuran, dan kerja sama membangun kampung. Perpaduan budaya Matbat dan Tobelo melahirkan komunitas yang kuat, damai, dan saling mendukung, termasuk dalam upaya mereka menjaga masa depan pendidikan anak-anak di kampung terpencil seperti Audam.

Perjalanan Panjang Menuju Sekolah Kecil di Ujung Papua

Akses menuju Audam sangat sulit karena perjalanan harus ditempuh dengan pesawat, kapal barang, dan perahu kecil. Jalur transportasi laut hanya tersedia seminggu sekali dan sangat bergantung pada kondisi cuaca.

Para guru dan relawan harus menghadapi perjalanan panjang setiap kali mereka datang untuk mengajar. Perjuangan ini mencerminkan ketangguhan masyarakat dalam menjaga pendidikan tetap berjalan. 

Di sanalah terlihat ketangguhan masyarakat Matbat dan Tobelo. Tidak hanya kebutuhan dasar seperti rumah, perahu, dan kebun, namun mereka juga ikut membangun masa depan anak-anak mereka dengan bangunan sekolah sederhana.

Ketika Dunia Baru Masuk ke Audam

Beberapa kelompok relawan sering silih berganti menjamah area ini, salah satunya dari Sahabat Papua. Selama sembilan hari, enam relawan gerakan Sahabat Papua hadir di Kampung Audam.

Mereka mengajak anak-anak bermain tentang pengetahuan alam, membaca cerita, menanam kacang hijau, dan mengenal dunia lewat eksperimen sederhana. Suatu hal yang jarang mereka rasakan sebelumnya.

Anak-anak-suku-Matbat-dan-Tobelo-A.jpgRelawan dan guru serta para siswa berfoto di depan gedung SD Audam. (Foto: Doc. Sahabat Papua)

“Yang paling ingin kami tinggalkan bukan sekadar tas atau buku, tapi pengetahuan dan harapan,” ujar salah satu relawan, Mohamad Desgia.

Program ini bukan hanya tentang pembelajaran anak, namun juga pemberdayaan guru. Metode mengajar interaktif diperkenalkan, media ajar diberikan, hingga ruang belajar yang menyenangkan pun dibangun kembali. 

Pendidikan yang Tidak Berdiri Sendiri

Bukan hanya relawan yang bekerja. Pemerintah kampung, guru jemaat gereja, hingga orang tua turut menjaga agar pembelajaran selaras dengan nilai budaya Matbat dan Tobelo. Mereka hadir setiap hari, memastikan anak-anak merasa aman dan didampingi dalam proses belajar.

Kedekatan masyarakat Matbat dan Tobelo dengan alam juga menjadi pintu bagi pendekatan pembelajaran baru: anak-anak belajar menghitung lewat hasil kebun, belajar literasi lewat cerita rakyat, hingga memahami sains dari fenomena laut dan hujan yang menjadi bagian keseharian mereka.

Pendidikan di kampung terpencil seperti Audam bukan sekadar proses belajar, tetapi wujud harapan yang dijaga bersama oleh suku Matbat dan Tobelo. Mereka mengajarkan pada dunia bahwa masa depan tidak ditentukan oleh kelengkapan fasilitas, tetapi oleh kekuatan cinta, kebersamaan, dan keberanian untuk bermimpi. (*)

Pewarta : Khodijah Siti
Editor : Khodijah Siti
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Papua just now

Welcome to TIMES Papua

TIMES Papua is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.