TIMES PAPUA, PAPUA – Di Pegunungan Papua, hidup berjalan dengan cara yang sedikit berbeda. Waktu bergerak pelan, tapi pasti. Udara sejuk mengalir bersama obrolan ringan di Honai, dan langkah orang-orang muda tetap menyusuri jalan-jalan berbatu dengan kepala tegak, meski masa depan terkadang tampak jauh di balik kabut.
Tapi justru di tempat seperti inilah, banyak hal besar dimulai. Termasuk sebuah kesadaran penting: bahwa masa depan pemuda Papua Pegunungan tidak boleh dibangun di atas perpecahan.
Jelang memperingati Hari Lahir Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ke-52, kita tidak hanya melihat ke belakang, tetapi ke sejarah panjang organisasi pemuda ini.
Kita juga menoleh ke sekitar, dan melihat kenyataan: bahwa di tengah euforia Harla KNPI dan semangat menuju Kongres secara Nasional, muncul riak-riak kecil yang mulai terasa mengganggu. Ada pihak-pihak yang mengklaim nama KNPI tanpa dasar yang sah.
Mereka membentuk struktur, mengatasnamakan organisasi, dan menggerakkan kegiatan, tanpa melewati mekanisme hukum dan moral yang seharusnya menjadi pegangan bersama.
Hal ini tidak hanya menodai integritas KNPI. Mereka juga menyakiti semangat kolektif pemuda yang sejak awal berjuang untuk membentuk ruang bersama, bukan ruang rebutan. Pemuda Pegunungan tidak pernah menuntut banyak. Justru hanya berada dalam satu kekompakan bersama: Satu Noken, Satu Kongres.
Sebagian dari kita mungkin bertanya, “Kenapa ini penting?” Karena organisasi seperti KNPI bukan sekadar papan nama. KNPI adalah simbol. Wadah berhimpun ini adalah rumah bersama, sebagai tempat di mana anak-anak muda dari berbagai latar bisa berkumpul tanpa harus menjadi seragam, bisa berdiskusi tanpa harus menyingkirkan yang berbeda, dan bisa tumbuh tanpa harus saling mencibir.
Maka ketika rumah ini hendak dirusak oleh tangan-tangan kotor, maka kita punya hak dan tanggung jawab untuk bicara, bahwa masyarakat Papua Pegunungan adalah masyarakat yang menjunjung tinggi keteraturan, kebersamaan, dan nilai adat yang luhur, dengan satu keunggulan atas nilai filosofi tentang satu pikiran, satu kehendak, dan satu langkah.
Di situlah kekuatan kita berdiri. Kalau ada satu pikiran keluar jalur, rusaklah ritme bersama. Maka dalam gerakan pemuda, menjaga satu kehendak bukan soal sepakat dalam segalanya, tapi saling setia pada arah bersama yang sah dan jujur.
Demikian dengan KNPI, Papua Pegunungan teguh pada tiga nilai di atas sehingga melahirkan legitimasi hukum, kebijaksanaan organisasi, dan kepercayaan pemuda.
Jika salah satunya hilang, maka yang terjadi adalah kebingungan. Dan saat organisasi mulai membingungkan, maka yang paling dirugikan bukanlah orang luar Pegunungan, tetapi anak-anak muda di kampung-kampung yang kehilangan arah. Hal ini perlu menjadi refleksi bagi kita semua, juga sebagai pengingat untuk meneguhkan hati dalam nilai-nilai ketangguhan sebagai pemuda.
Selain itu, kita juga memiliki nilai “Noken Satu Hati.” Sebuah noken bisa membawa banyak jenis isi: hasil kebun, kayu, bahkan bayi. Semua dapat dimuat dalam satu wadah yang utuh. Begitu juga KNPI, boleh memuat berbagai latar belakang: aktivis gereja, anak kampus, pelaku seni, pemuda adat, penggerak digital, perempuan adat, dll.
Tapi semua harus berjalan dalam satu arah. Jika ada yang memaksa membuat noken tandingan, maka yang ia bawa bukanlah persatuan, melainkan perpecahan. Dan, semua pemuda Pegunungan harus sadar, perpecahan hanya akan menyuburkan konflik baru, luka sosial, dan mempersempit ruang belajar yang seharusnya jadi warisan utama bagi generasi sekarang dan akan datang.
Dalam adat, kita mengenal ungkapan “kita satu darah, satu tanah, dan satu sejarah asal usul.” Kita bisa berbeda kabupaten, berbeda dialek, berbeda gaya bicara, tapi kita tumbuh dari tanah yang sama, minum dari air yang sama, dan dijaga oleh langit yang sama.
Maka, siapa pun yang mencoba membawa KNPI keluar dari relnya yang sah, bukan hanya bertentangan dengan hukum organisasi, tetapi juga bertentangan dengan nilai-nilai adat yang paling dasar.
Karena itu, kita tidak sedang bicara soal perebutan posisi. Kita tidak perlu bicara soal struktur. Tapi kita bicara soal arah. Arah yang jelas, jujur, dan sah secara organisasi.
Sebagai Ketua Karateker KNPI Provinsi Papua Pegunungan, saya percaya bahwa organisasi besar seperti KNPI tidak boleh digerakkan dengan niat kecil. KNPI harus digerakkan oleh semangat kolektif dan dasar hukum yang kuat.
Kita semua harus ingat: generasi muda di Papua Pegunungan mayoritas demografis. Sebagian besar dari populasi wilayah ini adalah anak-anak muda yang penuh potensi. Tapi tanpa arah yang jelas, energi besar ini bisa menguap begitu saja. Dan jika pemudanya bingung, lantas siapa yang akan mengawal pembangunan, merawat kebudayaan, menjaga lingkungan, dan merancang masa depan?
Kongres DPP KNPI tahun ini mengangkat tema besar: “Satu Kongres” bukanlah sekadar jargon. Ini adalah jawaban dari keresahan yang sama di seluruh Indonesia. KNPI tidak boleh terpecah. Tidak boleh bercabang. Tidak boleh diklaim sesuka hati.
Maka kita semua pemuda yang ada di Provinsi Papua Pegunungan, berdiri tegak dalam barisan itu: mendukung Satu Kongres, dan menolak segala bentuk perpecahan.
Kita tidak ingin konflik. Kita tidak akan membalas dengan marah. Kita hanya ingin semua pihak kembali ke jalur yang sah. Kita diajarkan oleh para tetua: “Hati yang baik menumbuhkan damai.” Maka kita mengulurkan tangan kepada siapa pun yang merasa telah melangkah keluar. Kembalilah. Mari duduk bersama. Kita kembali merajut noken yang robek. Kita tidak boleh membiarkan KNPI diseret ke arah yang tidak jelas.
Pemuda Papua Pegunungan tidak kekurangan semangat. Tapi semangat saja tidak cukup. Kita butuh ketegasan, kejujuran, dan kedewasaan. Dan, Harla KNPI ke-52 ini adalah saat yang tepat dan menguntungkan untuk memperbaiki arah, meneguhkan komitmen, dan menyatukan langkah menuju Satu Kongres yang benar, sah, dan bermartabat.
Oleh karena itu, dari lembah Baliem Jayawijaya ke Pegunungan Bintang, dari Wamena ke Yahukimo, dari Tolikara ke Nduga, dari Lanny Jaya ke Mamberamo Tengah, bahwa suara kita satu: Kita bukan bagian dari perpecahan.
Kita bagian dari penyatuan. Kita bukan penumpang gelap dalam sejarah hari ini dan akan datang di KNPI, kita semua adalah motor penggeraknya.
Dan dari tanah yang terberkati, dari lembah-lembah sunyi dan damai, dari pegunungan-pegunungan dengan udara sejuk ini, kita mengirim pesan perjuangan suci ke seluruh Indonesia: “Kita pemuda di Papua Pegunungan membawa Satu Noken menuju Satu Kongres KNPI. (*)
***
*) Oleh : Herman Ade Somadayo, Ketua Karateker KNPI Provinsi Papua Pegunungan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |